Nyadran and Paguyuban Budiluhur in Caring for Inter-Religious Harmony
This research aims to explore how Nyadran and Paguyuban Budiluhur serve as mediums for maintaining inter-religious harmony in Kapas Village, using Max Weber's social action theory. This qualitative study employs descriptive methods, including observation, semi-structured interviews, and field d...
Saved in:
Main Authors: | , , , , |
---|---|
Format: | Article |
Language: | English |
Published: |
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
2024-11-01
|
Series: | El Harakah |
Subjects: | |
Online Access: | https://ejournal.uin-malang.ac.id/index.php/infopub/article/view/26934 |
Tags: |
Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
|
Summary: | This research aims to explore how Nyadran and Paguyuban Budiluhur serve as mediums for maintaining inter-religious harmony in Kapas Village, using Max Weber's social action theory. This qualitative study employs descriptive methods, including observation, semi-structured interviews, and field documentation of the Nyadran tradition and the activities of Paguyuban Budiluhur. The findings indicate that social actions lean towards instrumental rationality, as the Nyadran tradition has been institutionalized in the village's annual agenda, and Paguyuban Budiluhur has become an established foundation. Phenomenological analysis reveals that hybrid social spaces, social interaction, nationalism (driven by motive), and the protection of human rights (in order to motive) are key factors supporting inter-religious harmony in Kapas Village. These factors align with the religious moderation vision of the Indonesian Ministry of Religious Affairs. This paper proposes a recommendation that efforts to maintain religious harmony can be strengthened by creating and institutionalizing social spaces, such as annual traditions or inter-religious organizations. This institutionalization is important, as modern society tends to approach all actions, including social actions, in a rational manner. Rationality can also encourage broader segments of society to participate in efforts to sustain religious harmony and peace.
Penelitian ini bertujuan untuk memahami latar belakang yang menjadikan Nyadran dan paguyuban Budiluhur, menjadi media merawat kerukunan antar umat beragama di Desa Kapas melalui perspektif teori tindakan sosial Max Weber. Penelitian kualitatif ini dijalankan dengan mengaplikasikan metode deskriptif untuk mengungkapkan peristiwa melalui observasi berkala, wawancara bebas terpimpin, serta dokumentasi penelitian lapangan pada pelaksanaan tradisi Nyadran dan kegiatan Paguyuban Budiluhur di Desa Kapas. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan sosial di Desa Kapas lebih cenderung kepada tindakan rasional instrumental sebab pelembagaan tradisi Nyadran ke dalam agenda tahunan desa dan Paguyuban Budiluhur dalam sebuah yayasan sebagai instrumen sosial yang mengurusi perawatan jenazah warga non-muslim. Kemudian, dalam analisis fenomenologi, ditemukan bahwa ruang sosial hybrid, interaksi sosial dan sikap nasionalisme serta penjaminan hak asasi manusia menjadi faktor-faktor yang mendorong keberhasilan upaya merawat kerukunan antar umat beragama di Desa Kapas. Lebih lanjut, faktor-faktor tersebut sejalan dengan visi sikap moderasi beragama yang dirumuskan oleh Kementerian Agama RI. Makalah ini mengusulkan rekomendasi bahwa upaya menjaga keharmonisan antaragama dapat diperkuat dengan menciptakan dan melembagakan ruang sosial, seperti tradisi tahunan atau organisasi lintas agama. Pelembagaan ini penting, karena masyarakat modern cenderung mendekati semua tindakan, termasuk tindakan sosial, secara rasional. Pendekatan rasional juga dapat mendorong lebih banyak elemen masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya menjaga keharmonisan dan perdamaian antaragama. |
---|---|
ISSN: | 1858-4357 2356-1734 |