Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)

Latar Belakang: Stroke atau cerebrovasuler accident (CVA) merupakan hilangnya fungsi-fungsi otak dengan cepat akibat terganggunya suplai darah ke otak. Tidak jarang pasien stroke dirawat di intensive care unit (ICU) karena mengalami gagal napas sehingga membutuhkan ventilator. Kemampuan menelan dan...

Full description

Saved in:
Bibliographic Details
Main Authors: I Wayan Suryajaya, Prananda Surya Airlangga, Eddy Rahardjo
Format: Article
Language:English
Published: Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro 2021-03-01
Series:JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
Subjects:
Online Access:https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/23456
Tags: Add Tag
No Tags, Be the first to tag this record!
_version_ 1846121036956827648
author I Wayan Suryajaya
Prananda Surya Airlangga
Eddy Rahardjo
author_facet I Wayan Suryajaya
Prananda Surya Airlangga
Eddy Rahardjo
author_sort I Wayan Suryajaya
collection DOAJ
description Latar Belakang: Stroke atau cerebrovasuler accident (CVA) merupakan hilangnya fungsi-fungsi otak dengan cepat akibat terganggunya suplai darah ke otak. Tidak jarang pasien stroke dirawat di intensive care unit (ICU) karena mengalami gagal napas sehingga membutuhkan ventilator. Kemampuan menelan dan refleks batuk yang tidak adekuat pada pasien stroke sering menyebabkan komplikasi pneumonia/ stroke associated pneumonia (SAP). Komplikasi pneumonia bisa juga disebabkan oleh penggunaan ventilator yang sering disebut ventilator associated pneumonia (VAP). SAP maupun VAP pada pasien stroke dapat dicegah dengan tindakan trakeostomi dini. Percutaneous dilatational tracheostomy (PDT) merupakan teknik trakeostomi dengan melakukan sayatan minimal untuk memasukkan guide wire sebagai panduan. Kemudian lubang trakeostomi diperlebar dengan menggunakan multipel dilator sampai canule trakeostomi bisa masuk ke trakea. PDT lebih mudah dilakukan dibanding surgical tracheostomi sehingga lebih menguntungkan dikerjakan untuk pasien kritis di ICU. Kasus: Terdapat 3 kasus pasien stroke yang dilaporkan dengan glasgow coma scale (GCS) dibawah 8. Kasus pertama: Pasien stroke dengan subakut infark di basal ganglia dekstra dan oedema cerebri. GCS E1V2M1 Pasien mengalami sumbatan partial jalan napas. Pasien dirawat di ICU dan diakukan intubasi. PDT dikerjakan hari ke 2 dengan tujuan untuk mengamankan jalan napas dan mempermudah bronchial toilet sehingga dapat mencegah terjadinya pneumonia. Kasus kedua: pasien stroke dengan infark luas di hemisphere kanan. Pasien dirawat di ICU dengan ventilator. PDT dilakukan pada hari ke 8 untuk mempermudah melakukan fisioterapi napas, bronkial/trakeal toilet. Setelah 50 hari pasien dipindahkan ke ruangan tanpa ditemukan pneumonia. Kasus ketiga: Pasien dengan kesadaran menurun GCS E2V1M3. Pasien dirawat di ICU dengan sumbatan partial jalan napas. PDT dilakukan pada hari pertama dengan tujuan mempertahankan jalan napas tetap aman dan mempermudah tracheal/ bronchial toilet. Pasien dirawat selama 110 hari dan pindah ke ruangan. Pembahasan: Pada ketiga kasus tersebut dilakukan usaha tracheostomi/ PDT secara dini dengan tujuan mengamankan jalan napas tetap bebas, memudahkan oral hygiene dan melakukan fisioterapi napas berupa tracheal/ bronchial toilet. Trakeostomi juga memudahkan mobilisasi pasien sehingga merupakan upaya untuk mencegah terjadinya pneumonia selama perawatan. Selama perawatan pasien tersebut di ICU tidak terjadi komplikasi pneumonia sampai pasien keluar dari ICU.  Kesimpulan: Pasien stroke dengan GCS dibawah 8 akan mengalami perawatan yang lama dan potensial terjadi komplikasi berupa SAP maupun VAP bila memakai ventilator. Trakeostomi dini selain mempermudah perawatan dan mempercepat weaning juga sebagai upaya untuk mencegah terjadinya pneumonia. PDT merupakan teknik trakeostomi yang cocok dilakukan untuk pasien kritis di ICU karena lebih menguntungkan dibanding surgical tracheostomy.
format Article
id doaj-art-8b9f8ee4f9b44dea92c3a43f6b0c3570
institution Kabale University
issn 2337-5124
2089-970X
language English
publishDate 2021-03-01
publisher Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro
record_format Article
series JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
spelling doaj-art-8b9f8ee4f9b44dea92c3a43f6b0c35702024-12-16T06:16:20ZengFakultas Kedokteran, Universitas DiponegoroJAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)2337-51242089-970X2021-03-01131314110.14710/jai.v13i1.2345618274Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)I Wayan Suryajaya0Prananda Surya Airlangga1Eddy Rahardjo2Departemen Anestesi dan Terapi Intensif, Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan, Surabaya, IndonesiaDepartemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, IndonesiaDepartemen Anestesiologi dan Terapi Intensif, Fakultas Kedokteran, Universitas Airlangga/ RSUD Dr. Soetomo, Surabaya, IndonesiaLatar Belakang: Stroke atau cerebrovasuler accident (CVA) merupakan hilangnya fungsi-fungsi otak dengan cepat akibat terganggunya suplai darah ke otak. Tidak jarang pasien stroke dirawat di intensive care unit (ICU) karena mengalami gagal napas sehingga membutuhkan ventilator. Kemampuan menelan dan refleks batuk yang tidak adekuat pada pasien stroke sering menyebabkan komplikasi pneumonia/ stroke associated pneumonia (SAP). Komplikasi pneumonia bisa juga disebabkan oleh penggunaan ventilator yang sering disebut ventilator associated pneumonia (VAP). SAP maupun VAP pada pasien stroke dapat dicegah dengan tindakan trakeostomi dini. Percutaneous dilatational tracheostomy (PDT) merupakan teknik trakeostomi dengan melakukan sayatan minimal untuk memasukkan guide wire sebagai panduan. Kemudian lubang trakeostomi diperlebar dengan menggunakan multipel dilator sampai canule trakeostomi bisa masuk ke trakea. PDT lebih mudah dilakukan dibanding surgical tracheostomi sehingga lebih menguntungkan dikerjakan untuk pasien kritis di ICU. Kasus: Terdapat 3 kasus pasien stroke yang dilaporkan dengan glasgow coma scale (GCS) dibawah 8. Kasus pertama: Pasien stroke dengan subakut infark di basal ganglia dekstra dan oedema cerebri. GCS E1V2M1 Pasien mengalami sumbatan partial jalan napas. Pasien dirawat di ICU dan diakukan intubasi. PDT dikerjakan hari ke 2 dengan tujuan untuk mengamankan jalan napas dan mempermudah bronchial toilet sehingga dapat mencegah terjadinya pneumonia. Kasus kedua: pasien stroke dengan infark luas di hemisphere kanan. Pasien dirawat di ICU dengan ventilator. PDT dilakukan pada hari ke 8 untuk mempermudah melakukan fisioterapi napas, bronkial/trakeal toilet. Setelah 50 hari pasien dipindahkan ke ruangan tanpa ditemukan pneumonia. Kasus ketiga: Pasien dengan kesadaran menurun GCS E2V1M3. Pasien dirawat di ICU dengan sumbatan partial jalan napas. PDT dilakukan pada hari pertama dengan tujuan mempertahankan jalan napas tetap aman dan mempermudah tracheal/ bronchial toilet. Pasien dirawat selama 110 hari dan pindah ke ruangan. Pembahasan: Pada ketiga kasus tersebut dilakukan usaha tracheostomi/ PDT secara dini dengan tujuan mengamankan jalan napas tetap bebas, memudahkan oral hygiene dan melakukan fisioterapi napas berupa tracheal/ bronchial toilet. Trakeostomi juga memudahkan mobilisasi pasien sehingga merupakan upaya untuk mencegah terjadinya pneumonia selama perawatan. Selama perawatan pasien tersebut di ICU tidak terjadi komplikasi pneumonia sampai pasien keluar dari ICU.  Kesimpulan: Pasien stroke dengan GCS dibawah 8 akan mengalami perawatan yang lama dan potensial terjadi komplikasi berupa SAP maupun VAP bila memakai ventilator. Trakeostomi dini selain mempermudah perawatan dan mempercepat weaning juga sebagai upaya untuk mencegah terjadinya pneumonia. PDT merupakan teknik trakeostomi yang cocok dilakukan untuk pasien kritis di ICU karena lebih menguntungkan dibanding surgical tracheostomy.https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/23456percutaneus dilatational tracheostomypdtpneumoniasapstroke
spellingShingle I Wayan Suryajaya
Prananda Surya Airlangga
Eddy Rahardjo
Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)
JAI (Jurnal Anestesiologi Indonesia)
percutaneus dilatational tracheostomy
pdt
pneumonia
sap
stroke
title Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)
title_full Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)
title_fullStr Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)
title_full_unstemmed Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)
title_short Percutaneous Dilatational Tracheostomy (PDT) Dini Sebagai Upaya untuk Mencegah Pneumonia dan Mempermudah Perawatan Pasien Stroke di Intensive Care Unit (ICU)
title_sort percutaneous dilatational tracheostomy pdt dini sebagai upaya untuk mencegah pneumonia dan mempermudah perawatan pasien stroke di intensive care unit icu
topic percutaneus dilatational tracheostomy
pdt
pneumonia
sap
stroke
url https://ejournal.undip.ac.id/index.php/janesti/article/view/23456
work_keys_str_mv AT iwayansuryajaya percutaneousdilatationaltracheostomypdtdinisebagaiupayauntukmencegahpneumoniadanmempermudahperawatanpasienstrokediintensivecareuniticu
AT pranandasuryaairlangga percutaneousdilatationaltracheostomypdtdinisebagaiupayauntukmencegahpneumoniadanmempermudahperawatanpasienstrokediintensivecareuniticu
AT eddyrahardjo percutaneousdilatationaltracheostomypdtdinisebagaiupayauntukmencegahpneumoniadanmempermudahperawatanpasienstrokediintensivecareuniticu